Halaman

Selasa, 18 Juni 2013

Persaingan Prodi PTN Tahun 2013


Berikut catatan keketatan persaingan di program studi di sejumlah PTN dengan format "nama universitas: program studi sainstek (tingkat keketatan dalam persen)/program studi soshum (tingkat keketatan dalam persen)".

Universitas Sumatera Utara: IPA - Ilmu Komputer (1,30)/ IPS - Manajemen (1,69)

Universitas Andalas:             IPA - Sistem Komputer (1,32)/ IPS - Manajemen (1,21)

Universitas Sriwijaya:           IPA - Farmasi (1,15)/ IPS - Pendidikan Guru SD (1,45)

Universitas Indonesia:          IPA - Teknik Komputer (1,31)/ IPS - Ilmu Hubungan Internasional (0,72)

Institut Pertanian Bogor:      IPA - Ilmu Gizi(1,24)/ IPS -

Institut Teknologi Bandung: IPA - Teknik Pertambangan dan Perminyakan (3,15)/ IPS - Sekolah Bisnis dan Manajemen (2,58)

Universitas Padjadjaran:         IPA - Teknik Informatika (0,61)/ IPS - Manajemen (0,80)

Universitas Diponegoro:       IPA - Teknik Informatika (1,33)/ IPS - Manajemen (1,82)

Universitas Gadjah Mada:     IPA - Teknologi Informasi (0,85)/ IPS - Manajemen (0,79)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember: IPA - Teknik Multimedia dan Jaringan (1,29)/ IPS -

Universitas Airlangga:          IPA - Pendidikan Kebidanan (1,06)/ IPS - Ilmu Komunikasi (1,78)

Universitas Brawijaya:         IPA - Ilmu Keperawatan (1,01)/ IPS - Manajemen (1,82)

Universitas Udayana:           IPA - Farmasi (1,47)/ IPS - Hubungan Internasional (2,71)

Universitas Mataram:           IPA - Pendidikan Dokter (1,63)/ IPS - Pendidikan Guru SD(2,33)

Universitas Mulawarman:    IPA - Pendidikan Dokter (2,25)/ IPS - Sastra Inggris (7,59)

Universitas Hasanuddin:     IPA - Teknik Pertambangan (1,03)/ IPS - Manajemen (1,00)

Universitas Sam Ratulangi: IPA - Ilmu Keperawatan (2,87)/ IPS - Ilmu Sejarah (9,09)

Universitas Haluoleo:          IPA - Farmasi (4,76)/ IPS - Pendidikan Guru SD S-1 (9,28)

Universitas Pattimura:         IPA - Pendidikan Dokter (3,98)/ IPS - Akuntansi (13,48)

Universitas Cenderawasih: IPA - Farmasi (4,33)/ IPS - Pendidikan Bahasa Inggris(10,81)


Sumber: kompas.com

Kamis, 28 Maret 2013

Tentang Beasiswa: Bagaimana Cara Membiayai Kuliah di Luar Negeri?

Kamu kuliah di Harvard jalur biasa atau jalur beasiswa?
Dapat beasiswa dari mana, kok bisa kuliah di Harvard?
Itu adalah beberapa contoh pertanyaan pertama yang sering orang sampaikan ke saya begitu mereka tahu saya pernah kuliah di Harvard. Semua pertanyaan sah-sah saja, tapi yang saya heran, kenapa pertanyaan-pertanyaan pertama selalu tentang beasiswa? Bukannya kalau kagum atau heran saya kuliah di Harvard harusnya yang ditanyakan adalah bagaimana caranya bisa diterima? Toh kalaupun sesorang dapat beasiswa belum tentu dia bisa diterima di Harvard. Di sebagian besar sekolah yang baik, seleksi penerimaan mahasiswa terpisah dengan seleksi untuk beasiswa. Tidak ada hubungannya kemampuan membayar sesorang dengan diterima atau tidaknya di sekolah.
Lebih umum lagi, saya juga melihat perhatian yang membabi buta pada beasiswa. Ada banyak mailing list beasiswa, website beasiswa, Twitter beasiswa dan sejenisnya, tapi sedikit sekali tempat berdiskusi tentang kualitas sekolah dan bagaimana cara diterima di sekolah yang baik.
Saya mengerti sekolah di luar negeri itu mahal sekali. Kalau kita membandingkan pendapatan per kapita orang Indonesia dengan biaya kuliah di luar negeri, sepertinya kuliah di luar negeri itu tidak mungkin dibiayai sendiri. Jadi harus dapat beasiswa. Maka wajarlah muncul pertanyaan-pertanyaan seperti tadi. Yang ingin saya luruskan melalui tulisan ini adalah kesalahan menaruh perhatian membabi buta terhadap beasiswa sehingga melupakan hal lain yang lebih penting. Saya juga ingin menjelaskan bahwa membiayai kuliah di luar negeri itu mungkin sekali, dan ada banyak caranya.
Berikut adalah dua prinsip yang harus selalu dipegang.

1. Fokuslah untuk bisa diterima di sekolah yang baik, bukan mendapatkan beasiswa.

Prinsip utama dalam merencanakan sekolah di luar negeri adalah fokuslah untuk bisa diterima di sekolah yang baik, bukan mendapatkan beasiswa. Saya ulangi lagi: FOKUSLAH UNTUK BISA DITERIMA DI SEKOLAH YANG BAIK, BUKAN MENDAPATKAN BEASISWA. Saya ulangi sekali lagi: FOKUSLAH UNTUK BISA DITERIMA DI SEKOLAH YANG BAIK, BUKAN MENDAPATKAN BEASISWA.
Saya sering tercengang bagaimana banyak sekali orang bisa lupa bahwa dalam proses persiapan sekolah di luar negeri, tujuan utama seharusnya adalah dapat bersekolah di sekolah yang sebaik mungkin. Beasiswa hanyalah salah satu alat yang memungkinkan kita sekolah.
Saya umpamakan orang yang merencanakan sekolah ke luar negeri dengan seorang pria yang mencari istri. Saya umpamakan juga proses mendapatkan beasiswa dengan proses membeli mobil untuk menarik perhatian si calon istri. Fokus utama si pria seharusnya adalah memilih wanita yang akan dijadikan istri dan mengusahakan agar lamarannya diterima wanita tersebut, BUKAN membeli mobil agar dapat menarik perhatian wanita. Membeli mobil hanyalah suatu alat untuk menarik perhatian wanita, dan itu bukan satu-satunya alat. Memiliki mobil pun bukan jaminan lamaran si pria diterima wanita tersebut.
Fokus untuk mendapatkan beasiswa bisa berbahaya, karena:

a.     Fokus pada beasiswa bisa membuat pelamar mengkompromikan kualitas pendidikan.

Ambil contoh seseorang yang berencana mengambil MBA di Amerika Serikat. Si pelamar ini fokus untuk mendapatkan beasiswa. Riset yang dia lakukan adalah mencari tahu beasiswa apa yang tersedia untuk program MBA di Amerika. Dari Google dia mendapat informasi seperti ini:
Hasil pencarian Google untuk ‘scholarship MBA USA’.
Singkat kata si pelamar ini akhirnya berkuliah di Executive MBA Program Walden University. Padahal, universitas ini termasuk abal-abal. Padahal  (lagi), program-program MBA terbaik di Amerika juga memberikan beasiswa, cuma dia tidak tahu saja, karena dia terlalu fokus mencari beasiswa, bukan mencari tahu program-program mana saja yang terbaik baru kemudian mencari tahu cara membiayai kuliah di sana.
Contoh lain, beberapa beasiswa membatasi sekolah yang boleh dilamar, sesuai dengan anggaran beasiswa. Di Amerika Serikat misalnya, banyak sekali universitas swasta yang sangat baik (misalnya universitas-universitas Ivy League) yang biaya kuliahnya lebih mahal daripada universitas negeri. Betapa sedihnya saat seorang penerima beasiswa terpaksa memilih sekolah yang lebih buruk kualitasnya karena himbauan atau bahkan larangan si pemberi beasiswa.

b.     Periode aplikasi sebagian beasiswa tidak cocok dengan periode aplikasi sekolah.

Ambil contoh seseorang yang berencana mengambil master di bidang ekonomi di Inggris di tahun 2013. Si pelamar ini fokus untuk mendapatkan beasiswa dulu baru melamar ke sekolah. Beasiswa yang paling umum untuk orang Indonesia adalah Chevening. Aplikasi Chevening untuk tahun 2013 dibuka dari Oktober sampai Desember 2012. Penerima beasiswa diumumkan pada bulan Maret 2013.
Sementara itu, sebagian besar universitas di Inggris memberlakukan sistem rolling admission, artinya aplikasi yang masuk akan langsung diproses dan hasilnya diumumkan segera. Tidak ada batas waktu aplikasi; aplikasi diterima dan diproses sampai seluruh kursi terisi. Semakin lama, kursi yang terisi semakin banyak. Untuk kuliah tahun 2013, kebanyakan universitas mulai menerima aplikasi bulan September 2012. Pada bulan Januari 2013, sebagian besar kursi di sekolah-sekolah terbaik (seperti Oxford, Cambridge, dan London School of Economics) sudah terisi. Jika si pelamar menunggu sampai Chevening mengumumkan hasil beasiswa, baru melamar sekolah, katakanlah paling cepat di bulan April 2013, hampir dapat dipastikan dia tidak akan diterima di sekolah-sekolah terbaik. Bukan karena aplikasinya tidak berkualitas, tapi karena semua kursi sudah terisi. Dia terlambat memasukkan aplikasi.
Katakanlah si pelamar juga tidak bermaksud melamar ke sekolah-sekolah terbaik. Pertama, Chevening mensyaratkan pengalaman kerja minimal dua tahun setelah lulus S1, sedangkan universitas sendiri tidak mensyaratkan hal ini. Kedua, seandainya si pelamar tidak mendapat beasiswa Chevening dan dia tidak jadi melamar ke sekolah karena itu, dia harus membuang waktu minimal satu tahun lagi sampai periode aplikasi beasiswa selanjutnya. Tidak ada jaminan juga tahun depannya dia akan mendapat beasiswa Chevening. Sampai berapa tahun dia harus menunggu sampai bisa mewujudkan mimpinya sekolah di Inggris? Padahal, kalau saja dia langsung  melamar ke beberapa sekolah di Inggris (tanpa menunggu dia dapat beasiswa Chevening atau tidak) kemungkinan besar dia diterima sekolah (karena dia melamar ke beberapa sekolah).

c.     Beasiswa mensyaratkan ketentuan yang mungkin tidak sejalan dengan ketentuan sekolah dan minat pelamar.

Lembaga pemberi beasiswa selalu punya misi, misalnya ingin memberdayakan kelompok masyarakat tertentu. Maka wajar jika mereka lebih memprioritaskan, atau bahkan memberi kuota khusus, untuk kelompok tertentu, misalnya wanita, pegawai negeri, orang yang berasal dari Indonesia Timur, atau korban tsunami. Mereka juga memprioritaskan atau hanya memberikan beasiswa untuk bidang tertentu, misalnya studi gender, studi hak azazi manusia, pertanian, atau tata kelola sumber daya air. Tentu itu haknya si pemberi beasiswa mensyaratkan macam-macam.
Tapi bagaimana kalau profil si pelamar dan minatnya tidak cocok dengan ketentuan beasiswa? Ambil contoh seorang pria pegawai bank swasta, asal Jakarta, yang ingin mengambil MBA. Akan sulit baginya mencari beasiswa yang cocok. Apakah dia harus mengubah bidang studi pilihannya demi memperbesar kemungkinan mendapat beasiswa? Atau dia harus menunggu sampai ada beasiswa yang mensyaratkan profil yang cocok?

2. Ada banyak sekali cara untuk membiayai sekolah, bukan hanya beasiswa.

Jadi kalau tidak dengan beasiswa, bagaimana caranya membiayai kuliah di luar negeri? Pertama, saya tidak pernah mengatakan ‘jangan cari beasiswa’. Beasiswa tetap merupakan salah satu sumber pembiayaan kuliah di luar negeri; yang saya katakan adalah fokuslah untuk dapat diterima di sekolah yang baik, dan usahakanlah berbagai sumber pembiayaan, termasuk dengan melamar secara strategis ke beberapa beasiswa.
Mari kita rinci berbagai alternatif pembiayaan untuk kuliah di luar negeri.

1. Beasiswa dari sekolah

Ambil contoh seorang yang ingin kuliah di Columbia University Graduate School of Journalism, Amerika Serikat, salah satu sekolah jurnalistik terbaik di dunia. Saya sama sekali tidak familiar dengan sekolah ini, tapi mampir sebentar saja di website sekolah ini, saya temukan daftar sekitar 100 jenis beasiswa yang ditawarkan sekolah sendiri untuk mahasiswanya.
Website Columbia University Graduate School of Journalism.
Beasiswa ini biasanya dikelola langsung oleh sekolah, proses aplikasinya bersamaan dengan proses aplikasi sekolah, dan proses seleksinya dilakukan sendiri oleh sekolah (terpisah dari seleksi penerimaan mahasiswa). Kemungkinan besar, dari 100 beasiswa ini ada beberapa yang cocok dengan profil si pelamar. Yang paling penting adalah si pelamar harus diterima dulu di sekolah tersebut, sehingga dia bisa eligible untuk berbagai beasiswa tersebut.

2. Beasiswa dari luar sekolah

a. Beasiswa dari badan eksternal
Melanjutkan contoh kita, misalkan si pelamar mencari beasiswa lain yang disediakan pihak luar sekolah yang bisa dilamar calon mahasiswa jurnalistik dari Indonesia. Sebentar saja riset di internet, dia menemukan banyak beasiswa yang bisa dia lamar, seperti beasiswa Fulbright, Ford Foundation, USAID, Foreign Press Association, International Center for Journalists, dan lain-lain.
b. Beasiswa dari tempat kerja
Si pelamar pun bisa bernegosiasi ke tempatnya bekerja apakah mungkin ia disponsori untuk kuliah di luar negeri, baik berupa pembayaran uang kuliah, pembayaran seluruh atau sebagian gajinya saat dia sekolah, dan lain-lain.

3. Kerja paruh waktu

Kalau si pelamar diterima sekolah, saat dia mulai sekolah pun banyak cara membiayai kuliahnya, termasuk dengan bekerja paruh waktu. Dia bisa bekerja di sekolahnya sendiri misalnya sebagai teaching fellow, teaching assistant, researcher, assistant librarian, dan support assistant, Dia juga bisa bekerja di luar kampus misalnya sebagai penulis, penerjemah, tutor, researcher, bahkan profesi-profesi blue collar seperti pelayan, penjaga toko, pencuci piring.

4. Tabungan

Tentu saja si pelamar bisa membiayai sebagian biaya kuliahnya menggunakan tabungan pribadinya atau keluarganya.

5. Pinjaman (student loan)

Pelamar pun bisa mengambil pinjaman (student loan) yang periode cicilannya biasanya baru dimulai saat si peminjam sudah lulus dan bekerja, dan baru diharapkan lunas 10-20 tahun kemudian. Tidak semua orang yang kuliah di luar negeri tanpa beasiswa itu kaya raya. Mahasiswa asal Cina, India, dan Amerika Serikat sendiri berani mengambil pinjaman karena mereka tahu penghasilan mereka setelah lulus akan bisa meningkat signifikan. Anehnya, banyak calon mahasiswa Indonesia yang hanya berani menunggu beasiswa, entah sampai kapan, untuk mau kuliah. Padahal, orang-orang yang sama ini berani mengambil pinjaman untuk membeli harta seperti rumah atau mobil yang tidak akan meningkatkan potensi pendapatan mereka.

6. Donatur individu

Si pelamar pun bisa mendekati donatur individu yang potensial, misalnya alumni asal Indonesia dari sekolah yang ia tuju. Ia pun bisa melakukan kampanye pengumpulan sumbangan dari masyarakat luas. Saya sudah beberapa kali menyaksikan orang-orang yang mengumpulkan sumbangan agar bisa kuliah. Mereka sukses membiayai sekolahnya, dan setiap semester mereka memberikan laporan dan ucapan terima kasih bagi para donatur. Masih sangat sedikit orang Indonesia yang diterima di universitas-universitas terbaik dunia; jadi kalau anda sampai diterima, yakinlah, orang-orang akan bangga dan senang membantu anda.

Jadi, ada banyak, banyak sekali cara untuk membiayai kuliah di luar negeri, tinggal tergantung usaha kita. Merefleksikan pengalaman pribadi, pada bulan Maret tahun 2010, saya berada di situasi di mana Saya diterima di enam universitas: Harvard, Columbia, Cornell, Chicago, New York University, dan London School of Economics, tapi belum mendapat satupun beasiswa. Sampai saat itu saya sudah melamar ke paling tidak 11 beasiswa: enam beasiswa internal Harvard Kennedy School, ditambah beasiwa eksternal seperti Fulbright (dua kali), Sampoerna Foundation (dua kali), Joint Japan-World Bank, dan lain-lain, Saya sudah lupa apa lagi. Saya tidak mendapat satu pun beasiswa ini. Selain itu, Saya pun sudah mendekati berbagai yayasan, walaupun Saya tahu mereka tidak menawarkan beasiswa. Akhirnya Saya mendapat beasiswa dari Rajawali Foundation. Saya tidak melamar ke beasiswa ini; Saya bahkan tidak tahu bahwa beasiswa ini ada. Harvard langsung mengalokasikan beasiswa ini begitu Saya diterima. Beruntung? Mungkin saja, tapi Saya lebih melihatnya sebagai hasil yang sesuai dengan usaha dan strategi yang optimal. Kalau Saya tidak meneruskan melamar sekolah saat ditolak beasiswa, mungkin sampai sekarang Saya belum sekolah.
Mencari sumber pembiayaan sekolah memang repot: menyita energi, waktu, dan pikiran. Tapi seperti yang dijelaskan di atas, caranya banyak. Apakah kita bisa mengatakan dengan jujur bahwa usaha kita untuk bisa kuliah di luar negeri sudah optimal? Anda harus luar biasa sial kalau tidak mendapat hasil sama sekali walau sudah mengusahakan semua cara yang dijelaskan di atas. Kalau masalahnya adalah ‘malas’,  Saya tidak ada komentar : )

sumber: www.indonesiamengglobal.com

Rabu, 20 Maret 2013

Siswa MAN IC Serpong Juara International Engineering Week


Senin, 25 Februari 2013 –
Foto
Jakarta (Pinmas)— Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Serpong kembali mengukir prestasi di level internasional. Sepuluh siswa yang dikirim dalam event International Engineering Week itu berhasil meraih juara 1 kompetisi mini riset yang diselenggarakan oleh Kedubes Amerika Serikat di Jakarta, Rabu (20/02).
“Prestasi ini sangat membanggakan karena kompetisi ini juga diikuti oleh banyak sekolah unggulan, seperti SMA Labschool Jakarta, SMAN 8 Jakarta, SMA BPK Penabur, dan SMA unggulan lainnya,” terang Kepala MAN IC, Suwardi, ketika dihubungi melalui telepon, Senin (26/02).
Sepuluh pelajar MAN IC Serpong itu adalah M. Nur Fauzan (17), Lutfi Nauvan Yamin (16), M. Fahmi Gozal (15), Bagus Dwi Kurniawan (17), Adimas Euro Kurnia (16), Hafizh Aftar Makmur (15), Shifa Salsabila (16), Ismail Faruqi (16), dan Syahirul Alim (16). Pelajar yang semuanya tercatat sebagai anggota Klub Bidang Studi Fisika ini didampingi oleh dua guru pembimbing yaitu Drs. Nuryanto dan Imron, S.Kom.
Dalam kompetisi, siswa-siswi MAN IC Serpong menampilkan hasil inovasi mereka, yaitu elevator atau lift anti gravitasi. Menurut Suwardi, elevator anti gravitasi berbeda dengan elevator biasa. Bila elevator biasa ditarik dengan prinsip katrol, elevator anti gravitasi ditarik oleh medan magnet.
Penemuan ini, lanjut Suwardi, oleh Frank Mekker yang juga menjadi juri dalam kompetisi itu merupakan sebuah inovasi baru. “Tim MAN IC mendapatkan ide ini dari salah satu episode film kartun Jimmy Neutron,” ujar Suwardi.
Menurut Suwardi, para siswanya menggunakan kumparan tembaga yang dialiri listrik untuk menciptakan medan magnet. Kumparan itu lalu ditanam di dasar dengan tujuan agar sifat kemagnetan sesama kutub yang saling tolak menolak dapat digunakan untuk membantu kerja lift. (mkd)

Selasa, 06 November 2012

Pemimpin Muda

Selasa, 06 November 2012, 09:01 WIB
wallpapers.com
  
Pemimpin Muda
Ilustrasi

Oleh Prof Yunahar Ilyas
Pada tahun ke-11 hijriyah, Nabi Muhammad SAW membentuk pasukan untuk memerangi balatentara Romawi.

Sahabat-sahabaat senior seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Saad bin Abi Waqqas dan Abu Ubaidah bin Jarrah, masuk dalam pasukan tersebut.

Para sahabat menanti, siapakah yang akan diangkat Rasulullah memimpin pasukan itu. Abu Bakar dan Umar, lebih sering menjadi tangan kanan Rasulullah. Barangkali Nabi akan menunjuk Saad atau Abu Ubaidah.

Siapapun diantara kedua sahabat itu adalah orang yang dikenal tangkas dan cakap berperang. Di luar dugaan, Nabi SAW justru memilih Usamah bin Zaid yang ketika itu baru berumur 18 tahun. Masih sangat muda.

Usamah lahir tujuh tahun sebelum hijrah. Bapaknya orang yang sangat disayangi Nabi, yaitu Zaid bin Haritsah, yang pernah diangkat anak oleh Nabi, sebelum dilarang oleh Allah SWT.

Usamah sebaya dengan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Bila Hasan duduk di paha Nabi yang sebelah kanan, maka Usamah diletakkan di paha sebelah kiri. Rasul sering berdoa untuk keduanya. “Ya Allah, saya menyayangi kedua anak ini, maka sayangi pulalah mereka.”

Itulah Usamah bin Zaid, anak muda yang dipercaya Rasulullah menjadi pemimpin pasukan. Rasulullah memerintahkan kepada Usamah, kalau sudah berangkat nanti agar berhenti di Balqa' dan Qal'atud Darum dekat Gaza, yang waktu itu masuk wilayah kekuasan Romawi Timur.

Sayang, tatkala bersiap-siap untuk berangkat, Rasulullah sakit, semakin hari sakitnya bertambah berat. Akibatnya, keberangkatan pasukan ditunda. Tidak berapa lama kemudian Rasulullah SAW wafat.

Khalifah Abu Bakar, memerintahkan pasukan Usamah segera berangkat melaksanakan perintah Rasulullah. Tetapi sekelompok kaum Anshar, menghendaki agar pemberangkatan pasukan ditangguhkan. Mereka meminta Umar bin Khattab yang menyampaikan usul itu kepada Abu Bakar.

“Jika Khalifah bersikeras tetap meneruskan mengirim pasukan, kami mengusulkan sebaiknya panglimanya diganti yang lebih senior dan berpengalaman.”

Usul itu ditolak Abu Bakar dengan tegas: “Hai putra Khattab, Rasulullah telah mengangkat Usamah. Engkau tahu itu. Kini engkau menyuruhku membatalkan putusan Rasulullah. Demi Allah, tidak akan aku batalkan.”

Pasukan Usamah akhirnya dilepas. Abu Bakar turut mengantarkannya sambil berjalan kaki ke batas kota. Usamah, sebagai panglima duduk di atas kuda. Usamah merasa bersalah duduk di atas punggung unta, sementara khalifah berjalan kaki. Lalu beliau mengusulkan supaya Abu Bakar naik ke kendaraan dan dirinya berjalan kaki.

Tapi tawaran itu ditolak Abu Bakar. “Biarlah kaki saya berdebu mengantar engkau berjuang pada jalan Allah. Laksanakanlah perintah Rasulullah ini dengan sebaik-baiknya,” ujar Abu Bakar. Lalu Abu Bakar mendekat kepada Usamah dan mengajukan sebuah permintaan. “Jika engkau setuju, biarlah Umar tinggal bersamaku. Izinkanlah dia tinggal untuk membantuku.”

Subhanallah. Betapa hormatnya Abu Bakar kepada Usamah bin Zaid, sekalipun masih sangat muda, tetapi telah mendapatkan amanah dari Rasulullah untuk memimpin pasukan. Padahal Abu Bakar seorang khalifah, dan kepala negara. Tanpa izin Usamah pun beliau bisa saja meminta Umar tidak ikut pergi berperang.



Redaktur: Chairul Akhmad (Republika.co.id)

Rabu, 18 Juli 2012

Tips Mendapat Beasiswa



1.            JANGAN MALAS!!!
Jangan malas disini bisa berbagai jenis, seperti malas baca, malas cari info, malas ngurusin berkas persyaratan beasiswa, dan malas – malas yang lainnya.
2.            Persiapkan kemampuan bahasa asing minimal 1 tahun sebelum daftar beasiswa.
Jenjang waktu 1 tahun disini tentunya relatif, semua tergantung kemampuanmu dalam penguasaan bahasa asing yang diinginkan.
3.            Hapalkan minimal 10 kata baru setiap hari untuk meningkatkan kemampuan bahasa asingmu
4.            Pelajari bahasa asing kedua setelah English, tergantung negara tujuanmu.
Negara – negara yang bahasa utamanya selain English biasanya lebih mengutamakan peserta yang menguasai bahasa mereka, contoh: Jepang, Korea, Jerman, Perancis, dan lain – lain.
5.            Beasiswa itu bukan sedekah yg bisa “diminta”, tapi harus diperjuangkan!
6.            Jangan daftar 1 & menunggu, daftar sekaligus beberapa biar kesempatan makin besar
7.            Untuk tes wawancara, usahakan tenang, jawab dengan jujur, lugas & tidak berbelit – belit.
8.            Biaya hidup itu tergantung gaya hidup!
9.            Sudah berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa? sekarang BERDOA!
10.        Selain bahasa, pelajari juga kebudayaan negara tujuan, bisa jadi nilai tambah buat kamu
11.        Mau beasiswa tanpa syarat? Mimpi aja ada syarat harus tidur dulu!
12.        Gak penting sepintar apa kamu, tapi seberapa besar usahamu!
13.        Kuasai kebudayaan asli Indonesia, bisa jadi nilai jualmu diluar sana!
Contohnya seperti seni tari, seni musik dan lagu daerah, drama tradisional, pakaian adat, pengetahuan sejarah, bahasa daerah, dan sebagainya.
14.        Menguasai bahasa asing, mulailah dari kosakata & percakapan sehari-hari
15.        Biasakan menulis & membuat essay, banyak banget beasiswa dgn syarat ini!
16.        Saat tes wawancara, jaga attitude, tunjukkan kemampuanmu, tapi jangan sombong!
17.        Target TOEFL min 550, IPK min 3.0, lebih dari itu lebih baik!
Lho, katanya pinter gak penting? Kok ada syarat nilai TOEFL & IPK yg tinggi?
INGAT: Pintar itu hasil dari USAHA!
18.        Selain kemampuan akademis, tingkatkan jg kemampuan berkomunikasi / interpersonal skill!
19.        Setelah lulus, tinggal dulu di kota tempat kampusmu kalau bisa 1 tahun, supaya kalau ada beasiswa lanjutan mudah ngurusnya. Hal ini tentu saja selama keadaan memungkinkan. Kalau gak bisa ya jangan dipaksa.
20.        Jangan menunggu sampai deadline! Daftar & kirimkan berkas persyaratan beasiswa secepatnya kalau memang sudah siap. Hal ini untuk menghindari adanya gangguan baik teknis / non teknis yang diluar perkiraan kita. Contohnya, untuk pengiriman berkas secara online melalui website, menghindari server yang sibuk / down karena trafik yang melonjak karena banyaknya peserta yang pada saat bersamaan mencoba mengirimkan berkas.
mau beasiswa? usaha!
merasa gak pinter? usaha kuadrat!!

Sabtu, 31 Maret 2012

Mesopotamia





Peta Wilayah Mesopotamia
Mesopotamia merupakan peradaban yang paling kuno dimuka bumi ini. Mesopotamia dalam bahasa Yunani berarti "Daratan diantara dua sungai" karena memang yang termasuk wilayah mesopotamia adalah daratan diantara Sunga Eufrat dan Sungai Tigris.
Bangsa yang menjadi penyokong peradaban ini ada banyak seperti Bangsa Akkadia, Bangsa Hurria, Bangsa Assyur dan masih banyak lagi. Mesopotamia sering dikaitkan dengan Zaman Nabi Ibrahim. Mitologi yang berkembang disini merupakan kepercayaan terhadap dewa - dewi  diantara dewa yang paling berkuasa adalah Marduk. 

Dewa Marduk

Taman Gantung
Bila anda pernah mendengar tentang taman gantung babilonia pada peradaban inilah taman itu dibangun oleh Raja Nebukadnezzar untuk istrinya Amytis. 
Ilustrasi Babel Tower (sekarang musnah)



Raja Gilgamesh
Codex Hammurabi
Bila Anda bertanya tanya dimanakah peradaban itu sekarang, maka jawabannya adalah di Iraq. Ya, sebagian peninggalan peradaban ini telah hancur baik karena dimakan waktu ataupun karena perang yan terjadi di Iraq. Akan tetapi peradaban ini memberikan sumbangsih yang besar bagi peradaban modern karena adanya peninggalan yang disebut CODEX HAMMURABI. Ini merupakan sebuah kitab hukum yang terdiri dari 282 pasal beserta prolog dan epilog. Kitab inilah yang menjadi landasan hukum bagi peradaban selanjutnya hingga saat ini. Salah satu peninggalan lain yang tak kalah penting yaitu epik Gilgamesh. Ini merupakan puisi tertua yang pernah diciptakan manusia. Epik ini menceritakan seorang raja legendaris yang tiran yaitu Gilgamesh. Media yang digunakan untuk menulisnya adalah berupa batu berbentuk tablet.
Epik Gilgamesh

Brosur Mesopotamia


Brosur Mesopotamia